Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk dalam keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea mays saccharata. Jagung manis memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening, kulit biji tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut. Produk utama jagung manis adalah buah/ tongkolnya, biji jagung manis mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya, biji jagung manis terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan embrio.
Tanaman jagung manis umumnya ditanam untuk dipanen muda yaitu 69 – 82 hari setelah tanam atau pada saat masak susu (milking stage). Proses pematangan merupakan proses perubahan gula menjadi pati sehingga biji jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dan kadar pati lebih rendah. Sifat ini ditentukan oleh gen sugari (su) resesif yang berfungsi untuk menghambat pembentukan gula menjadi pati. Dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman jagung menjadi 4 – 8 kali lebih manis dibandingkan dengan tanaman jagung biasa.kadar gula yang tinggi menyebabkan biji menjadi berkeriput
1.
Komposisi Kimia Biji Jagung Manis
a. Karbohidrat
Komponen
terbesar dalam biji jagung manis adalah karbohidrat terutama berupa pati. Pati
adalah polimer dari unit-unit glukosa anhidro (C6H10O5)
yaitu amilosa dan amilopektin, namun komposisi kedua komponen tersebut berbeda
pada setiap varietas sehingga mempengaruhi sifat gelatinisasi masing-masing
varietas jagung. Biji jagung manis terdapat fraksi-fraksi gula bebas sebesar 1%
- 3% yang terdapat dalam lembaga dan endosperm
berupa sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa.
b. Protein
Protein
yang terdapat pada biji jagung yaitu prolamin (zein), glutein, albumin dan
globulin.Prolamin merupakan protein yang larut dalam etanol 70 – 80%, glutein
larut dalam basa dan asam encer, albumin larut dalam garam encer dan globulin
larut dalam air.Protein zein kekurangan asam amino triptofan, lisin, treonin,
valin dan asam amino bersulfur. Sedangkan albumin, globulin dan glutein jagung
mempunyai komposisi asam amino yang cukup baik (kadar lisin tinggi).
c. Lemak
Lemak
jagung seperti pada serealia yang lain, banyak tersimpan pada lembaga yaitu
sekitar 83% dari total lemak. Lemak jagung terutama dalam bentuk gliserida dan
banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang esensial terutama linoleat .
d. Vitamin
dan Mineral
Vitamin
A atau karotenoid dan vitamin E terdapat pada komoditas ini, selain fungsi
sebagai zat gizi mikro, vitamin tersebut berperan sebagai antioksidan alami
yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif
sel. Mineral yang terdapat dalam jagung adalah mineral esensial seperti K, Na,
P, Ca dan Fe dan di lembaga mineralnya jauh lebih tinggi dibanding dengan
endosperm.
2. Pemanfaatan
Jagung Manis
Adapun tahapan pelaksanaan budidaya jagung manis adalah sebagai berikut :
1.
Pengolahan Lahan
Pengolahan Tanah meliputi pembajakan, Pemberian kompos dan kapur dolomit (yang kemudian dicampur menjadi satu),perataan lahan, penentuan jarak tanam, hingga penugalan.
2.
Penanaman
Kegiatan penanaman
dimulai dengan melakukan pengukuran jarak tanam menggunakan kenteng. Jarak tanam yang digunakan
dalam praktek lapangan budidaya jagung manis ini adalah 75 x 25 cm.Setiap
lubang tanam di tanamkan 1 benih jagung bersamaan dengan pemberian karbofuran
dan pupuk sesuai kebutuhan
1.
Penyulaman
Kegiatan
penyulaman dilakukan selambat- lambatnya pada 10 HST.Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan agar pertumbuhan tanaman serempak, serta mempermudah dalam pemeliharaan
tanaman kedepannya, seperti pemupukan, pembumbunan, hingga panen.
2.
Pemeliharaan
Meliputi:
Pendangiran
Pada Umur 14 HST (Hari Setelah Tanam).
Pembumbunan
Pada Umur 30 HST
Penyiangan
gulma dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan
Sambret
Daun Bawah pada umur 45 di ruas daun ke – 6.
3.
Pemupukan
Pada
praktek budidaya jagung manis ini, kegiatan pemupukan terbagi menjadi dua jenis
yaitu pemupukan secara normal dan pemupukan secara khusus. Pemupukan secara
normal adalah pemupukan yang sesuai dengan anjuran, yaitu pemupukan urea/ NPK
dosis 200 kg/ha yang dilakukan pada saat 0 HST dan 21 HST. Sedangkan pada usia38 HST
digunakan pupuk urea dengan dosis 100 kg/ha. Pemupukan pada awal tanam dan usia
21 HST bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, sedangkan usia 38 HST
bertujuan untuk memacu pertumbuhan generatif.
Pemupukan
secara khusus berarti pemupukan yang dilakukan dengan penambahan dosis dari
anjuran normal.Dosis yang ditambahkan adalah sebesar 50% untuk unsur P dan K,
dengan tujuan merangsang fase generatif untuk mendapatkan baby corn yang lebih
banyak.
4.
Pengairan
Dilakukan
sesuai keadaan di lapangan atau sesuai musim tanam.Pada musim kemarau,
pengairan dilakukan selambat – lambatnya2 hari sekali.
5.
Pengendalian Hama & Penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan hama atau penyakit yang menyerang.
Pengendalian terbagi atas tindakan preventif (pencegahan) dan pengendalian
(pembasmian).Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel Aplikasi Pestisida (Tabel
5).
6.
Panen
Kegiatan
Pemanenan dilakukan pada umur tanaman 60 HST (untuk jagung ketan) dan 70 HST
(untuk jagung manis). Perbedaan waktu panen didasarkan pada perbedaan
fisiologis tanaman, dimana jagung ketan lebih cepat dalam hal fase
generatifnya.