1.
Merek
Merek adalah
janji penjual untuk menyampaikan kumpulan
sifat, manfaat dan jasa
spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek
merupakan sebuah nama,
istilah, tanda, simbol, rancangan,
atau kombinasi dari
semua ini yang
dimaksudkan untuk megenali produk atau
jasa dari seorang atau kelompok
penjual dan untuk membedakannya
dari produk pesaing (Kotler dan
Amstrong, 1996).
Kotler dan
Armstrong (1996) menyampaikan
empat tingkat arti
dari merek sebagai berikut:
A. Atribut
A. Atribut
Merek
pertamatama akan mengingatkan
orang pada atribut
produk tertentu. Mercedes
membawa atribut seperti,
‘diperlengkapi mesin bagus’, ‘dibuat
dengan bahan bermutu tinggi’,
’awet’, ’bergengsi tinggi’, ’cepat’,
’mahal’ , dan ‘nilai
jual tinggi’. Perusahaan
dapat menggunakan satu atau
beberapa atribut ini
untuk mengiklankan mobilnya.
Selama bertahun-tahun
Mercedes Benz mengiklankan ‘Diperlengkapi dengan
mesin yang berbeda
dari mobil lain di
seluruh dunia.’ Ini memberikan landasan
pemosisian bagi atribut lain dari mobil.
· B.
Manfaat
Pelanggan tidak membeli
atribut, mereka membeli manfaat. Oleh karena itu
atribut harus diterje-mahkan menjadi
manfaat fungsional dan
emosional. Misalnya, atribut
‘awet’ dapat diterjemahkan menjadi
manfaat fungsional, ‘saya tidak
perlu membeli mobil baru
setiap beberapa tahun’. Atribut ‘mahal’
diterjemahkan menjadi
manfaat emosional ‘ mobil
ini membuat saya
merasa penting dan dihormati’.
Atribut ‘dibuat dengan bahan
bermutu tinggi’ mungkin diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional dan emosional ‘saya
merasa aman sekalipun terjadi
kecelakaan’.
·
C.Nilai
Merek juga
mencerminkan sesuatu mengenai
nilai-nilai pembeli. Jadi,
pembeli Mercedes menilai prestasi,
keamanan, dan harga diri
tinggi. Pemasar merek harus
mengenali kelompok spesifik
pembeli mobil yang
nilai-nilainya sesuai dengan
paket manfaat yang disampaikan.
·
D.Kepribadian
Merek juga menggambarkan ke-pribadian.
Peneliti motivasi kadang-kadang
bertanya, ‘bila merek
ini adalah manusia
seperti apa gambarannya?’ Konsumen mungkin membayangkan sebuah mobil
Mercedes sebagai seorang eksekutif
bisnis berusia pertengahan yang kaya. Merek akan
menarik orang yang
gambaran sebenarnya dan citra
dirinya cocok dengan citra merek.
Merek memberi
sejumlah keuntungan pada produsen maupun konsumen.Simamora (2002) menyebutkan
dengan adanya merek, masyarakat mendapat jaminan tentang mutu suatu produk yaitu
dengan memperoleh informasi yang berkaitan dengan merek tersebut. Dikenalnya
merek oleh masyarakat membuat pihak perusahaan meningkatkan inovasi produk
untuk menghadapi persaingan. Sedangkan bagi produsen merek tentunya bermanfaat
untuk melakukan segmentasi pasar, menarik konsumen untuk membeli produk dari
merek tersebut serta memberikan perlindungan terhadap produk yang dihasilkan.
Dharmmesta (1999)
menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti
kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif
terhadap sebuah merek,
mempunyai komitmen pada merek
tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya
dimasa mendatang. Definisi ini
didasarkan pada pendekatan keperilakuan
dan pendekatan sikap. Pendekatan
keperilakuan mengungkapkan bahwa loyalitas berbeda
dengan perilaku beli ulang,
loyalitas merek menyertakan
aspek emosi, perasaan
atau kesukaan terhadap merek tertentu di dalamnya sedang
pembelian ulang hanya perilaku
konsumen yang membeli berulang - ulang.
Loyalitas pada
merek ini timbul karena konsumen mempersepsikan merek tersebut menghasilkan
produk yang memiliki sejumlah manfaat dan kualitas dengan harga yang sesuai.
Loyalitas merek juga menjadi indikasi adanya kekuatan merek, karena tanpa
loyalitas merek tidak akan tercipta kekuatan merek. Hal ini dapat dilihat pada
merek-merek yang menjadi pemimpin di pasaran, dapat dipastikan bahwa merek
tersebut memiliki pelanggan yang loyal pada merek tersebut (Giddens, 2002).
Loyalitas pelanggan
sangat penting untuk dikenali
pemasar dalam rangka
menentukan strategi yang
diperlukan untuk meraih, memperluas
dan memper-tahankan pasar.
Salah satu strategi tersebut adalah
strategi penentuan harga, yaitu
bagaimana menentukan harga
yang sesuai dengan
keadaan dari produk yang
ditawarkan. Menurut Kotler
(1997) strategi penetapan harga biasanya
berubah kalau produk melewati berbagai tahap
daur hidupnya. Tahap pengenalan
memberikan tantangan yang paling
besar. Perusahaan harus memutuskan
dimana memposisikan produknya
terhadap produk saingannya
dalam mutu dan harga,
apakah pada strategi
harga premium, strategi
nilai baik, strategi harga
tinggi ataukah trategi ekonomi.
3.Strategi
Menurut Kotler & Amstrong bahwa a strong brand is a valuable asset. Merek yang kuat merupakan suatu asset yang berharga sehingga citra merek perlu dibangun dan dikelola dengan baik. Dalam mengelola citra merek, perlu mengkomunikasikannya kepada konsumen dengan baik dan kontinyu, Keller. Berbagai upaya dilakukan dalam membentuk citra merek yang positif untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dan meraih minat konsumen untuk memperbaiki kendaraannya melalui bengkel resmi.
Sedangkan menurut Marconi (1993), menyebutkan bahwa faktor - faktor yang berpengaruh terhadap loyalitas terhadap merek adalah sebagai berikut:
1 A. Nilai
(harga dan kualitas),
Penggunaan suatu merek dalam waktu yang lama akan mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak perusahaan harus bertanggungjawab untuk menjaga merek tersebut. Perlu diperhatikan, pengurangan standar kualitas dari suatu merek akan mengecewakan konsumen bahkan konsumen yang paling loyal sekalipun begitu juga dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan harus mengontrol kualitas merek beserta harganya.
Penggunaan suatu merek dalam waktu yang lama akan mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak perusahaan harus bertanggungjawab untuk menjaga merek tersebut. Perlu diperhatikan, pengurangan standar kualitas dari suatu merek akan mengecewakan konsumen bahkan konsumen yang paling loyal sekalipun begitu juga dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan harus mengontrol kualitas merek beserta harganya.
2. B. Citra
(baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek tersebut).
Citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada korelasi antara kesadaran dan market share, sehingga dapat disimpulkan juga ada hubungan antara citra merek dengan market share Produk yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas konsumen pada merek.
C. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan merek.
Dalam situasi yang penuh tekanan dan permintaan pasar yang menuntut akan adanya kemudahan, pihak perusahaan dituntut untuk menyediakan produk yang nyaman dan mudah untuk didapatkan.
Citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada korelasi antara kesadaran dan market share, sehingga dapat disimpulkan juga ada hubungan antara citra merek dengan market share Produk yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas konsumen pada merek.
C. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan merek.
Dalam situasi yang penuh tekanan dan permintaan pasar yang menuntut akan adanya kemudahan, pihak perusahaan dituntut untuk menyediakan produk yang nyaman dan mudah untuk didapatkan.
4 D. Kepuasan
yang dirasakan oleh konsumen.
5 Pelayanan,
dengan kualitas pelayanan yang baik yang ditawarkan oleh suatu merek dapat mempengaruhi loyalitas konsumen pada merek. Garansi
dan jaminan yang diberikan oleh merek Keuntungan loyalitas merek.
Strategi Perluasan Merek
Strategi Perluasan Merek
Menurut Kotler
(2000) ada lima pilihan strategi merek yang dapat digunakan oleh perusahaan,
yaitu:
1.
Perluasan lini.
Perluasan lini ini dilakukan jika perusahaan memperkenalkan unit produk
tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama. Contoh:
Pantene mengeluarkan shampoo untuk rambut rontok, rambut berketombe, rambut
kering, rambut berminyak, dan lain sebagainya.
2. Perluasan merek (Brand
Extension), yaitu suatu strategi yang dilakukan perusahaan untuk meluncurkan
suatu produk dalam kategori baru dengan menggunakan merek yang sudah ada. Contoh:
Pepsodent mengeluarkan produk mouthwash, permen dan sikat gigi.
3. Multi-merek, adalah
suatu strategi perusahaan untuk memperkenalkan merek tambahan dalam kategori produk
yang sama. Sebagai contoh adalah P&G memproduksi sebelas merek deterjen.
Indofood meluncurkan berbagai merek untuk produk mie instannya.
4. Merek baru, yaitu
strategi perusahaan meluncurkan produk dalam suatu kategori baru, tetapi
perusahaan tidak mungkin menggunakan merek yang sudah ada lalu menggunakan
merek baru. Contoh: Coca Cola memproduksi minuman bersoda tetapi memiliki rasa buah-buahan
diberimerek Fanta.
5. Merek bersama, yaitu
dua atau lebih merek yang terkenal dikombinasikan dalam satu tawaran, sebagai
contoh Aqua Danone.
Rangkuti (2002) mengemukakan dalam melakukan perluasan merek diperlukan strategi yang terdiri dari tiga tahap yaitu:
Rangkuti (2002) mengemukakan dalam melakukan perluasan merek diperlukan strategi yang terdiri dari tiga tahap yaitu:
- Mengidentifikasikan asosiasi-asosiasi yang terdapat dalam merek tersebut.
- Mengidentifikasikan produk-produk yang berkaitan dengan asosiasi merek tersebut.
- Memiliki calon terbaik dari daftar produk tersebut untuk melakukan uji konsep dan pengembangan produk baru.
Menurut Reichfield (dalam Gommans et al, 2001) keuntungan yang diperoleh oleh suatu merek yang memiliki pelanggan yang loyal adalah :
- Dapat mempertahankan harga secara optimal
- Memiliki posisi tawar menawar yang kuat dalam saluran distribusi
- Mengurangi biaya penjualan
- Memiliki penghalang yang kuat terhadap terhadap produk-produk baru yang memiliki potensi yang besar untuk masuk dalam kategori produk atau layanan yang dimiliki oleh merek tersebut
- Keuntungan sinergis yang diperolehbdari brand extension yang berhubungan dengan kategori produk atau pelayanan dari merek tersebut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi strategi perluasan merek Aaker (
http://www.empgens.com/Pubs/jems/JEMS4_1.pdf) menyatakan bahwa keberhasilan
strategi perluasan merek dipengaruhi oleh:
- Sikap pada merek asal
- Kesesuaian antara merek asal dengan produk perluasan
- Penerimaan terhadap perluasan merek yang dilakukan oleh perusahaan
Strategi
perluasan merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dengan menggunakan
merek yang sudah terkenal akan memberikan pengakuan dan penerimaan yang lebih cepat pada
kategori produk baru. Hal ini diharapkan dapat memberikan jaminan kualitas dan
keyakinan kepada para konsumen atas merek tersebut. Tetapi strategi perluasan
merek ini tentunya tidak lepas dari resiko, karena dapat memberikan pengaruh
negatif pada merek induk sehingga merek
induk akan mengalami penipisan merek (brand diluation). Dengan adanya penipisan
merek ini maka konsumen tidak akan menghubungkan merek tersebut dengan produk
yang spesifik (Rangkuti, 2002).