Sifat fisik kertas
merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas kertas.
Kriteria tergantung pada jenis produk yang diinginkan. Berikut merupakan berbagai jenis SNI kertas diantaranya:
SNI 0436-2009_ketahanan Sobek
SNI 0444-2009 Selulosa
SNI 1306 2009 Ketahanan Tarik
SNI 0123-2008 karton duplex
SNI 0494-2008 cara Uji Bilangan Kappa Pulp
SNI 0492-2008 cara Uji Lignin
SNI 14-0440-2006 Uji Gramatur
SNI 0442-2009 Cara Uji Kadar Abu Kertas, Karton dan Pulp
SNI 7274-2008 kertas cetak-a
SNI 14-0094-2006 Kertas Medium
SNI 0499-2008 Cara Uji Daya Serap Air Metode Coobb
SNI 14-0937-2005 Kertas Cetak C
SNI 14-0440-2006 Gramatur Keratas dan Karton
SNI 14-0091-1998 kertas koran
SNI 08-0770-2005 Cara uji kadar air pulp dan kayu
SNI 0585.2-2009 Cara Uji Daya Tembus Udara
Monday, 30 December 2013
Jenis-Jenis Kertas
Menurut Atamimi (2009), penggolongan jenis
dan nama kertas menurut "Tappi", yang mengacu pada Technical
Information Paper - "TIP 0404-36 Paper Grade Classifaction",
terdapat 12 jenis kertas antara lain:
a)Uncoated groundwood : Kertas yang tidak mempunyai lapisan,
kertas jenis ini adalah kertas koran. Kertas ini memiliki gramatur 24 g/m2-75
g/m2.
b)Coated groundwood: umumya kertas ini berwarna kuning
karena banyak pulp mekanis yaitu sebesar 10% sisanya menggunakan pulp
kimia, mempunyai gramatur dari 45 g/m2 sampai 130 g/m2.
Kertas jenis ini adalah majalah.
c)Uncoated woodfree: Kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp mekanis lebih
rendah dari 10%, tidak mempunyai lapisan coating pigmen sama sekali.
Kegunaan kertas ini termasuk office papers (formulir, kertas fotokopi,
kertas buku tulis, dan kertas amplop), kertas carbonless (NCR), dan
kertas cetak atau biasa sebut HVS untuk
brosur, selebaran, iklan, dan bahkan kartu pos bila tebal.
d)Coated woodfree: Jenis kertas ini juga mengandung kurang dari 10% pulp
mekanis. Gramatur kertas berkisar antara 70 gr/m2 dan 300 gr/m2. Kertas ini umumnya digunakan untuk majalah,
buku, cetak commercial dengan mutu yang tinggi dan mahal karena brightness
yang relatif tinggi.
e)Kraft paper: jenis kertas ini biasanya digunkan
sebagai, kertas bungkus, kantong dan karung. Gramatur berkisar antara 50 gr/m2-134
gr/m2.
f)Bleached paperboard: kertas ini biasanya digunakan untuk membuat box,
dan kertas karton susu atau juice. Memiliki gramatur antara 200 gr/m2-500 gr/m2.
g)Unbleached paperboard: jenis kertas yang digunakan untuk membuat corrugated containers
(corrugated box yang biasanya berwarna coklat). Berat gramatur umumnya
130 gr/m2 sampai 450
gr/m2. Kertas medium
juga masuk dalam kategori ini yang dibuat dengan sebagian campuran kertas recycle.
h)Recycled paperboard: Pulp yang digunakan terdiri
atas kertas recycle atau daur ulang, kertas ini digunakan untuk pelapis
luar. Jenis kertas ini yaitu kertas medium dan kertas duplek.
i)MG Kraft specialties: Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan penampakan yang licin seperti
kaca (glaze). Jenis kertas ini yaitu litho dan doorslag.
j)Tissue: Mayoritas kertas tisu digunakan untuk produk sanitasi seperti tisu
gulung, towel, bathroom, napkins. Memiliki
gramatur 13 gr/m2 sampai 75 gr/m2.
k)Market pulp: Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas yang dibagi
jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp, dan proses
pemutihan atau bleaching. Bubur kertas dijual dalam bentuk lembaran,
bal, dan gulungan.
l)Others: Kategori
lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk dalam golongan kertas diatas. Kurang dari 5% jumlah
kertas dunia masuk dalam kategori ini, jadi sebetulnya relatif kecil. Contohnya
seperti kertas glassine, kertas tahan
minyak, kertas release untuk sticker,
dan kertas yang tersusun dari serat tetumbuhan bukan pohon (seperti kertas
serat pisang abaca dll).
Manfaat Tapioka dalam Proses Pembuatan Kertas
Tepung tapioka di pasaran sering
dikenal dengan nama tepung kanji merupakan tepung yang terbuat dari ubi kayu /
singkong. Pembuatan tepung kanji dilakukan dengan cara memarut singkong
kemudian diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya, lalu dijemur /
dikeringkan. Sifat tepung kanji apabila dicampur dengan air panas akan menjadi
liat / seperti lem (Malo, 2004). Pemakaian
tapioka pada pembuatan kertas berkisar antara 1-5% dari berat pulp kering oven, serta tergantung pada
jenis dan prosentase bahan penolong lainnya.
Lem kanji memiliki karakteristik viskositas rekat tinggi, kejernihan
tinggi dan stabilitas pembekuan tinggi (Kristanto, 2007). Lem kanji merupakan
perekat nabati yang terpenting, dimana dapat dibuat dengan cara yang paling
sederhana yaitu mendidihkan tepung pati dengan air (Fajriani, 2007). Tepung ini
mudah diperoleh dan memiliki harga yang tidak terlalu mahal. Cara untuk membuat
lem kanji ini adalah dengan mencampur tepung pati kanji dengan air menggunakan
perbandingan air: tepung kira-kira sebesar 5:1. Kemudian campuran tersebut
dimasak dan diaduk terus sampai merata sehingga menjadi lem yang ditandai
dengan berubahnya warna campuran menjadi bening (Widjaja, 2005). Kanji yang
sudah dijadikan lem akan berubah dalam bentuk gel. Gel adalah koloid
yang setengah kaku (antara padat dan cair). Penggunaan kanji sendiri mempunyai
beberapa karakteristik yang baik antara lain viskositas rekat tinggi,
kejernihan tinggi dan stabilitas pembekuan tinggi (Kristanto, 2007). Sifat pati
dipengaruhi oleh bahan baku pembentukannya. Kelebihan dari perekat pati ini
antara lain murah, tidak mudah terdekomposisi, dan dapat menggunakan kempa
dingin dengan tekanan kempa relatif rendah. Selain itu, kekurangan perekat pati
antara lain terlalu kental sehingga sukar dilarutkan (Fajriani, 2010).
Menurut Erythrina (2010) pada proses pembuatan lembaran kertas, sifat
kertas dapat diperbaiki dengan penambahan zat-zat lain seperti pigmen, pengisi
dan pewarna. Pigmen ini berfungsi untuk mengisi pori-pori permukaan kertas
sehingga permukaan menjadi rata. Secara umum tapioka digunakan untuk
meningkatkan kehalusan permukaan kertas dan opasitas, sehingga kertas tidak
tembus pandang. Penambahan tapioka dapat pula meningkatkan kecerahan (brighteness), kemampuan daya cetak
lembaran dan ketahanan lipat. Penambahan tapioka dilakukan pada saat
pembentukan kertas baik dalam keadaaan basah maupun dalam keadaan kering untuk
memperbaiki sifat fisik dan sifat optik kertas (Casey, 1981).
Tapioka berfungsi untuk menutup pori-pori
kertas yang tidak terisi serat sehingga tidak mudah dipenetrasi oleh air.
Selain untuk sizing, tapioka juga
digunakan untuk menggabungkan lapisan-lapisan kertas dan menjamin ikatan antar
lapisan kertas. Pemakaian tapioka pada pembuatan kertas berkisar antara 2-3%
dari berat pulp kering oven, serta
tergantung pada jenis dan prosentase bahan penolong lainnya. (Casey, 1981).
Proses Pulping
Proses pulping atau pembuatan bubur kertas
dapat diuraikan menjadi 9 bagian atau tahapan (Macklin, 2009) :
1. Woodyard : pada tahap ini, kayu-kayu gelondongan dilakukan
proses pemotongan kayu menjadi ukuran lebih kecil serta penyaringan dari
potongan kayu tersebut sehingga ukuran kayu akan seragam.
2. Barker : setelah dari tahap pertama yaitu dilakukan tahap kedua yang mana dalam tahap
ini, potongan-potongan dari gelondongan kayu dilakukan pengkulitan yaitu dengan
dimasukkan kedalam debarking drums yang
prinsip kerjanya gelondongan silinder akan berputar yang mengakibatkan
gelondongan kayu ikut berputar dan bergesekan satu dengan yang lain sehingga kulit
kayu akan terpisah.
3. Chipper : ketika kulit kayu sudah terpisah maka dilakukan
tahap ketiga yaitu chipper dimana
pada tahap ini dilakukan pemotongan kembali menjadi ukuran yang lebih kecil
yaitu kurang dari 2 cm kemudian dilanjutkan tahap berikutnya yaitu screen.
4. Screen : pada tahap ini potongan kecil kayu dilakukan
penyaringan sehingga akan memisahkan potongan kayu yang lebih besar dari target
ukuran pada tahap sebelumnya, dan menghilangkan debu mesin potong yang tidak diperlukan.
5. Digester : setelah melalui tahap penyaringan oleh screen, potongan kayu yang disebut chips
dimasak dengan larutan kimia. Larutan dan proses pemasakan ini akan melunakkan
dan memisahkan serat kayu yang diinginkan dari lignin. Menurut Purba (2009),
menyatakan bahwa umumnya proses penghilangan lignin adalah melarutkan pulp kebentuk yang larut dengan air. Sifat
lignin pada pulp sangat reaktif
sehingga mudah dipengaruhi bahan kimia seperti khlordioksida, oksigen, natrium
hidroksida dan hidrogen peroksida.
6. Recovery and
Regeneration : pada
tahap ini yaitu pemanfaatan proses sampingan kimia inorganik yang diolah ulang
dari proses memasak sebelumnya, untuk memasak kembali.
7. Blow Tank : setelah tahap diatas otomatis serat kayu sudah
terpisah satu sama lain, dan secara umum dapat disebut pulp atau bubur kertas.
8. Washing : pulp dari tahap diatas tentunya masih
kotor sehingga dibutuhkan pencucian, dan tahap ini adalah tahap pencucian
dimana mesin cuci ini akan membersihkan sisa-sisa larutan kimia dan ligin yang
masih tertinggal.
9. Bleaching : tahap
terakhir ini yaitu proses pemutihan pulp menggunakan
bahan kimia pemutih tetapi pada tahap ini hanya tergantung tujuan pada jenis
kertas yang akan dibuat. Untuk menghasilkan pulp
dengan tingkat keputihan yang tinggi dan stabil dibutuhkan bahan kimia yang
diantaranya adalah khlordioksida, oksigen, natrium hidroksida, natrium hypoklorit
dan higrogen peroksida (Purba, 2009).
Sunday, 29 December 2013
Komponen Pulp
Secara kimia komponen yang
berpengaruh terhadap kualitas pulp
adalah (Putra, 2008):
a) Selulosa
Selulosa adalah komponen
utama dari kayu dan merupakan polisakarida linier dengan rantai yang cukup
panjang yang terdiri dari glukosa-glukosa yang berhubungan satu sama lain.
Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu
keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan struktur dasar
sel-sel tanaman. Di dalam kayu selulosa terikat oleh lignin dan pemisahanya
memerlukan perlakuan kimia.
b) Lignin
Lignin merupakan polimer
yang kompleks yang tersusun dari unit-unit phenylpropana,
amorf, bersifat aromatis dengan densitas 1,3 dengan indeks bias 1,6. Kadar
lignin dalam kayu 20%-30%. Lignin merupakan bagian yang tidak diinginkan dalam pulp, sehingga harus dihilangkan atau
diputihkan sesuai mutu pulp yang
diinginkan. Hal ini disebabkan oleh lignin yang mempunyai sifat menolak air dan
kaku sehingga kandungan lignin dalam pulp
akan menyulitkan penggilingan. Menurut Edy (2009), sebagian pulp akan stabil dan biasanya
bertahun-tahun kemudian baru akan berubah menjadi kuning. Sebagian lagi hanya
dalam hitungan bulan akan berubah menjadi kuning dan bahkan yang dalam hitungan
hari sudah berubah. Lignin bukan penyebab utama pada perubahan warna ini jika pulp hanya mengandung sedikit lignin.
Tetapi jika lignin yang terkandung dalam jumlah besar dapat menjadi penyebab
utama dalam perubahan warna pulp.
c) Panjang
Serat
Menurut Tamolang dan Wangaard dalam Pasaribu dan Tampubolon (2007), bahwa semakin panjang serat kayu maka pulp yang dihasilkan memiliki kekuatan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh serat yang panjang memberikan ikatan lebih baik antara serat yang satu dengan lainnya. Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk ketahanan sobek, ketahanan tarik dan daya lipat.
Serat yang panjang juga akan memberikan pengaruh yang baik pada daya tenunnya. Jika seratnya panjang, maka ikatan antar serat akan kuat dan tidak mudah lepas. Selain itu kekuatan lipat dari kertas akan tinggi. Bilangan runkel merupakan perbandingan dari dua kali tebal serat dengan diameter lumen. Indikator ini terutama digunakan untuk menilai kualitas serat sebagai bahan baku pulp dan kertas (Sutiya dkk., 2012). Panjang serat juga mempunyai peran langsung terhadap sifat kekuatan kertas, hal ini karena panjang serat berhubungan dengan ikatan antar serat yang satu dengan yang lainya. Semakin panjang serat maka akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekuatan kertas (Budi, 1995).
Menurut Tamolang dan Wangaard dalam Pasaribu dan Tampubolon (2007), bahwa semakin panjang serat kayu maka pulp yang dihasilkan memiliki kekuatan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh serat yang panjang memberikan ikatan lebih baik antara serat yang satu dengan lainnya. Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk ketahanan sobek, ketahanan tarik dan daya lipat.
Serat yang panjang juga akan memberikan pengaruh yang baik pada daya tenunnya. Jika seratnya panjang, maka ikatan antar serat akan kuat dan tidak mudah lepas. Selain itu kekuatan lipat dari kertas akan tinggi. Bilangan runkel merupakan perbandingan dari dua kali tebal serat dengan diameter lumen. Indikator ini terutama digunakan untuk menilai kualitas serat sebagai bahan baku pulp dan kertas (Sutiya dkk., 2012). Panjang serat juga mempunyai peran langsung terhadap sifat kekuatan kertas, hal ini karena panjang serat berhubungan dengan ikatan antar serat yang satu dengan yang lainya. Semakin panjang serat maka akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekuatan kertas (Budi, 1995).
Subscribe to:
Posts (Atom)