Menurut Bishop (2000), limbah cair merupakan material sisa dari suatu proses produksi yang mengandung bahan-bahan organik maupun anorganik yang mempunyai karekteristik tertentu. Limbah cair industri berbeda satu sama lain dari segi komponen penyusun, konsentrasi, dan jumlah dari industri ke industri dan dari fasilitas ke fasilitas dalam industri. Limbah cair dapat bersifat asam atau alkali yang mengandung bahan-bahan organik, nutrien yang disebabkan adanya partikel atau padatan tersuspensi. Pada umumnya, limbah cair dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik fisik, kimia dan biologi (Nurika dkk, 2006).
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak
terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari.
Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala
kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya
limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika jumlah air
limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya,
maka akan terjadi kerusakan lingkungan (Siregar, 2005).
A. Karakteristik
Limbah Cair
Menurut Siregar (2005), karakteristik
limbah cair bisa dilihat dari sifat racunnya atau sifat-sifat yang dimiliki.
Seperti sifat fisika, kimia dan biologis dengan melihat parameter yang diukur :
a.
Berdasar sifat racunnya (sangat beracun, moderat, kurang beracun dan tidak
beracun).
b.
Berdasar sifat yang dimiliki dengan melihat parameter yang diukur yaitu :
1.
Fisika (padatan total, kekeruhan,
daya hantar listrik (DHL), bau, suhu, warna.
2.
Kimia (organik, anorganik dan gas).
3.
Biologis dengan melihat golongan mikroorganisme yang terdapat dalam
limbah cair tersebut maupun organisme pathogen
yang ada
Limbah cair kelapa sawit
mengandung konsentrasi bahan organik yang relatif tinggi dan secara alamiah
dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit umumnya berwarna kecoklatan,
mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan BOD tinggi (Tobing,2000).
B. Proses Pengolahan Limbah
Cair
Menurut Tobing (2000), limbah cair pabrik kelapa sawit
(PKS) dihasilkan dari 3 tahap yaitu:
a.
Proses sterilisasi
(pengukusan) untuk memudahkan perontokan
buah dari tandanya, mengurangi kadar air untuk inaktifasi enzim lipase dan oksidase
b.
Proses exstraksi
minyak untuk
c.
Proses pemurnian
(klarifikasi) untuk membersihkan minyak dari kotoran lain.
Sedangkan menurut Tobing (2000), teknik pengolahan limbah
cair yang biasanya diterapkan di PKS adalah :
1.
Kolam penampung (fatfit)
Kolam
ini berguna untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang
berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi
2.
Unit Deoling Ponds
Limbah
kemudian dimasukkan kedalam unit deoling
ponds untuk dikutip minyaknya dan diturunkan suhunya dari 70-800C
menjadi 40-450C menara atau bak pendingin.
C.
Kolam
pengasaman
Pada
proses ini digunkan mikroba untuk menetralisir keasaman cairan limbah.
Pengasamaan bertujuaan agar limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah
mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Limbah cair dalam kolam mini mengalami asidifikasi
yaitu terjadinya kenaikan konsentarasi asam-asam yang mudah menguap. Waktu
penahanan hidrolis (WHP) limbah cair dalam kolam pengasaman ini selama 5 hari.
Kemudian sebelum diolah kedalam unit pengolahan limbah kolam anaerobik, limbah
dinetralkan terlebih dahulu denga menambahkan kapur tohor hingga mencapai ph
antara 7,0-7,5.
3.
Kolam Anaerobic Primer
Pada
proses ini memanfaatkan mikroba dalam suasana anaerobik atau aerobik untuk
merombak BOD dan biodegradasi bahan organik menjadi senyawa asam dan gas. WPH dalam kolam mini mencapai 40 hari.
4.
Kolam Anaerobic Sekunder
Adapun
WHP limbah dalam
kolam ini mencapai 20 hari. Kebutuhan lahan untuk kolam anaerobik primer dan
skunder mencapai 7 hektar untuk PKS dengan kapasitas 30 ton TBS/Jam.
5.
Kolam Pengendapan.
Kolam
pengendapan ini bertujuan untuk mengendapkan lumpur-lumpur yang terdapat dalam
limbah cair. WHP limbah dlam kolam ini berkisar 2 hari. Biasanya ini merupakan
pengolahan terkhir sebelum limbah dialirkan kebadan air dan diharapkan pada
kolam mini limbah sudah memenuhi standar baku mutu air sungai